Tentu terjaga dan masih eksis, karena Allah sudah berjanji menjaganya.
Allah Ta’ala berfirman.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz Dzikra [Al-Quran] dan kamilah yang akan menjaganya”. [QS Al Hijir : 9].
Dan kita tahu bahasa Al-Quran adalah bahasa Arab, tentu bahasanya pasti dijaga oleh Allah.
Allah Ta’ala berfirman
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an yang berbahasa Arab, agar kalian memahaminya.” (yusuf:2)
Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman,
١٩٢. وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ١٩٣. نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ ١٩٤. عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنذِرِينَ ١٩٥. بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُّبِينٍ
“Dan Sesungguhnya Al Qur’an ini benar – benar diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam, dia dibawa turun oleh Ar ruh Al Amiin (Jibril), kedalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang memberi peringatan, dengan Bahasa Arab yang jelas.” (As Syu’araa : 192-195)
Bahasa lainnya yang sudah punah atau berubah sangat jauh
Berbeda dengan bahasa yang lain yang sudah punah atau hampir punah sebagaimana bahasa Ibrani yaitu bahasa Taurat dan Injil, Bahasa Sansekerta dan berbagai bahasa lokal dan daerah di dunia. Inilah faktanya,
“Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang Kebudayaan (UNESCO) menyatakan setiap satu bahasa punah setiap minggu. Pada akhir abad ini, diperkirakan dunia akan kehilangan separuh dari 6,700. Salah satu bangsa yang akan mengalamai hal itu adalah Kamboja. Di sana 19 bahasa lokalnya telah dinyatakan hampir punah, dan kemungkinan besar banyak di antaranya yang tidak akan bertahan dalam 90 tahun mendatang.”[1]
Kita bisa melihat bukti bagaimana bahasa kromo Inggil/ bahasa halus jawa sudah sangat jarang kita temui pemakaiannya. Begitu juga bahasa halus Sasak Lombok. Sehingga jika seorang kakek buyut yang masih hidup berbicara dengan bahasa halus kepada cucunya, mungkin cucunya agak sedikit tidak paham. Begitu juga bukti bahwa terkadang satu bahasa sekedar berbeda dialek saja sudah agak kurang “nyambung” jika berbicara satu-sama lain.
Kita ambil juga contoh bahasa Inggris, dia sempat mengalami kesenjangan sejarah yaitu mengalami perubahan yang cukup jauh dalam setiap beberapa ratus tahun. Maka bahasa Inggris sekarang, di zaman ratu Elisabeth II jika dibandingkan dengan bahasa Inggris di zaman kakek-buyutnya, di zaman pertengahan yaitu King Arthur maka, sangat jauh berbeda. Jika mereka bertemu dan berbicara maka akan susah “nyambung”. Jangankan yang beratus-ratus tahun, bahasa kita yaitu bahasa Indonesia belum lagi 100 tahun sejak kemerdekaan tahun 1945 sudah banyak berubah dan belum lagi muncul bahasa gaul zaman sekarang seperti “nongkrong”, “juragan”, “sundul”, “nyokap”, “bokek” dan lain-lain. Belum lagi penyimpangan makna misalnya “cabut” bermakna “ayo pergi” dan lain-lain.
Maka belum ada yang seperti bahasa Arab, dimana dia termasuk salah satu bahasa tertua dan tidak berubah, masih asli sejak zaman dulu dan masih sama gaya bahasa, dialek utama, pengungkapannya. Walaupun ada bermacam-macam dialek tetapi dialek asli yaitu apa yang dibilang sekarang dialek Arab klasik tetap ada dan tidak berubah sampai saat ini.
Jadi sebagai seorang muslim, semangatlah belajar bahasa Arab, sebagaimana pesan Umar bin Khottab radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,
عن عمر رضي الله عنه أنه قال: “تعلموا العربية فإنها من دينكم وتعلموا الفرائض فإنها من دينكم
“Pelajarilah bahasa Arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian, pelajarilah ilmu waris karena merupakan bagian dari agama kalian.”[2]
Demikian semoga bermanfaat
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam
@Gedung Radiopoetro FK UGM, Yogyakarta Tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
??ْ?َ?ْ?ُ ?ِ?َّ?ِ ?َ?ِّ
??ْ?َٰ?َ?ِ??
0 komentar
Posting Komentar