PERTANYAAN:
Saya pernah mendengar kalau doa: “Allahumma Laka Shumtu…” ketika sebelum berbuka, katanya haditsnya lemah. Yang betul: “Zahaba Zhoma…”. Betulkah demikian ust? Mhn penjelasannya!
JAWABAN:
Ya, Memang betul demikian. Mari kita pelajari haditsnya!
Imam Abu Daud –Rahimahullah- (wafat 275 H), dalam kitab “Sunan” mengatakan:
« حَدَّثَنَا *مُسَدَّدٌ* ، عَنْ *هُشَيْمٍ* ، عَنْ *حُصَيْنٍ*، عَنْ *مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ* ، أَنَّهُ بَلَغَهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَفْطَرَ ، قَالَ : اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ »
《Menceritakan kepada kami *Musaddad*, dari *Husyaim*, dari *Hushain*, dari *Mu’adz bin Zuhrah*, bahwasanya telah sampai kepadanya bahwa Nabi –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika akan berbuka, beliau membaca: “Allahumma Laka Shumtu, Wa ‘Ala Rizqika Afthartu”.》 [HR. Abu Daud (2358)].
☆☆☆
Hadits di atas, sanadnya *Dhaif* (lemah) karena 2 hal:
Sanadnya terputus antara *Mu’adz bin Zuhrah* dan Nabi.
Mu’adz ini adalah seorang Tabi’i, ia tidak pernah bertemu dengan Nabi. Ini yang disebut dengan *MURSAL*.
Sehingga kita lihat di redaksi haditsnya: *”Annahu Balaghahu”* (bahwasanya telah sampai kepadanya).
Pertanyaannya: Siapa yang menyampaikannya? Bagaimana identitasnya? Semua ini tidak ada.
*Mu’adz bin Zuhrah* ini, dihukum ulama sebagai *”MAQBUL”*, artinya: Diterima haditsnya jika ada yang menopangnya. [Lihat: Taqribut Tahdzib 2/536 (6731)].
Realitanya, tidak ada kawan-kawannya yang menopangnya.
☆☆☆
Betul, ada juga ranji sanad lain, diriwayatkan oleh Thabrani –Rahimahullah- (wafat 360 H), bunyinya:
حدثنا محمد بن إبراهيم العسال الأصبهاني ، ثنا *إسماعيل بن عمرو البجلي* ، ثنا *داود بن الزبرقان* ، عن شعبة ، عن ثابت البناني ، عن أنس بن مالك ، رضي الله عنه أن النبي صَلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كان إذا أفطر قال : « *بسم الله ، اللهم لك صمت ، وعلى رزقك أفطرت ، تقبل مني إنك أنت السميع العليم* »
Namun di ranji sanadnya, ada 2 orang yang bermasalah:
*Isma’il bin ‘Amru Al-Bajali*, dihukum lemah oleh ulama hadits. [Lihat: “Al-Kamil Fi Ad-Dhu’afa'” karangan Imam Ibnu ‘Adiyy 1/322].
*Daud bin Az-Zabarqan*, gurunya Isma’il. Ini lebih parah lagi, dihukum *”MATRUK”* oleh ulama hadits, artinya: ditinggalkan haditsnya karena tertuduh berdusta. [Lihat: Taqribut Tahdzib 1/198 (1785)].
☆☆☆
Ada juga sanad ke-tiga dari sahabi ‘Abdullah bin ‘Abbas, diriwayatkan oleh Imam Daruquthni di Sunannya (26), tapi nasibnya juga sama dengan yang sebelumnya, karena di sanadnya ada seorang rawi bernama *’Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah*, dihukum juga oleh ulama hadits dengan sebutan *”MATRUK”*. [Lihat: Ad-Dhu’afa oleh Imam Nasa-i 1/70 (384)].
☆☆☆
KESIMPULAN:
Sanad ini tidak bisa menguatkan yang sebelumnya. Dan haditsnya tetap lemah.
☆☆☆
Silahkan baca lebih lanjut di kitab: “Irwaul Ghalil” oleh Syekh Albani 4/36 no (919), atau di sini:
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/archive/index.php/t-13989.html
Adapun doa yang satu lagi, shahabi ‘Abdullah bin ‘Umar -Radhiyallahu ‘Anhuma- berkata:
《كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ « *ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ*».》
《Adalah Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wa sallam- kalau akan berbuka, membaca: < …> *(semoga lepas dahaga, semoga basah tenggorokan, semoga tertulis pahala insyaallah.)* [HR. Abu Daud (2357)].
Hafiz Ibnu Hajar –Rahimahullah- berkata:
« قال الدارقطني: إسناده حسن »
《Imam Daruquthni berkata: *Sanadnya hasan*.》 [Lihat: Talkhish Al-Habir 2/202].
Artinya: bisa dijadikan pegangan walaupun tidak sampai ke derajat *shahih.*
☆☆☆
NB:
Imam Nawawi -Rahimahullah- dalam kitabnya “Al-Adzkaar” pada bab “Doa Ketika Akan Berbuka” beliau memulainya dengan doa: *Dzahaba Azh-Zoma-u*. Kemudian baru do’a: Allahumma Laka Shumtu, yang beliau susul dengan tanggapan:
« هكذا رواه مرسلا»
《Beginilah diriwayatkan hadits ini dalam status MURSAL.》
[Lihat: Al-Adzkaar hal 190].
Doa “Allahumma laka Shumtu”, sebagaimana terlihat, tidak ada diujungnya: *Birahmatika Ya Arhamar Rahimin*.
Saya tidak tahu siapa yang menambahnya, orang Asia atau orang Arab?
Wal Hasil, *kalau ada yang shahih atau hasan, kenapa beralih ke yang lemah?*
Wallahu A’lam.
??ْ?َ?ْ?ُ ?ِ?َّ?ِ ?َ?ِّ
??ْ?َٰ?َ?ِ??
0 komentar
Posting Komentar