Total Tayangan Halaman

Minggu, 12 Juni 2016

Wow! Puasa di Norwegia Berlangsung Selama 20 Jam

?ِ?ْ?????????????????ِ ??ِ???َّ?ْ?َ?ِ ???َّ?ِ??


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizoqI2gGcPhtTLKw4zfvfG-LyALj9ZubOWscbFr1lw3SmwZDeplABrfIQ4nJZejrIfjhqbLzidBejdJrYBHPMjwG3Vz2T4NXjlw3Hz232B0XkJoRNfW3bpF_dxxZJvlUD-8Au3ZUwioMA/s1600/1.jpg

BETAPA sesuainya anjuran menghidupkan malam untuk diterapkan di Ramadhan kali ini. Malam yang begitu dinanti setelah hampir 20 jam kami menahan lapar, dahaga, dan melatih kesabaran.

Malam yang berbeda dari persepsi umum. Malam musim panas di bumi belahan utara adalah malam anti-mainstream (lagi-lagi istilah ini muncul. Maklum, biar kekinian).

Ketika maghrib datang ditandai dengan adzan di telepon genggam, sejatinya matahari belum benar-benar terbenam. Di luar masih tampak seperti sore hari. Tapi demi mengikuti jadwal puasa yang dikeluarkan Majelis Islam Norwegia, maka berbukalah kami pada jam 22:56 (waktunya bergeser 1-2 menit setiap hari).
Lingkungan sekitar sepi sekali, karena memang ini adalah waktunya orang beristirahat. Lampu di semua rumah tampak gelap, kecuali mereka yang begadang. Atau rumah keluarga muslim yang menikmati salah satu kebahagiaan orang berpuasa seperti kami.

Hal pertama yang dilakukan tentunya menikmati ifthar ala kadarnya. Inilah hikmah waktu berbuka dan sahur yang jaraknya pendek. Kami jadi bisa (dan harus) berhemat dalam menyajikan serta menikmati hidangan. Bukan saja waktu yang terbatas, daya tampung perut pun juga tak banyak. Kami lebih mengutamakan asupan air, buah, dan sayuran dibanding hidangan berat yang akan susah dicerna bila dimasukkan secara borongan. Nanti saja saya ceritakan contoh hidangan ifthar dan sahur ala kami.

Setelah berbuka, kami lanjut dengan salat maghrib, disusul dengan salat isyak 10 menit kemudian (sekitar jam 23:41). Kalian bisa lihat pemandangan langit menjelang tengah malam yang saya sertakan di sini. Belum betul-betul gelap. Rasanya bagai waktu maghrib yang berkepanjangan :-).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZemAFU8U7nhyphenhyphenmGPVmn8TtFMl3bcEPEWR2gYK3vZA_7wIZzt-pDJwcnjSmPPF-TdVmJE0QRYANg6EM18rQCrkN2jgLU-rDY4ZbMIwHiY89MWXXQC_LVHcmZaOD1041IP8QsICWIdhzESd1/s1600/Stavanger-Home-of-Norways-Oil-Industry.jpg

Bayangkan pula saudara-saudara kita yang tinggal semakin dekat dengan Lingkaran Kutub (seperti Norwegia Utara dan wilayah Lapland), yang mataharinya hanya tergelincir saja selama satu jam untuk kemudian muncul lagi. Rasanya bagai waktu dhuhur berkepanjangan. Maa syaa Allah!

Bersyukur kami tak mengalami perubahan waktu seekstrem itu. Insyaa Allah kami akan dimampukan untuk menjalani apa yang sudah kami jalani selama tiga Ramadhan terakhir. Aamiin.
***
Kami salat tarawih menjelang jam 00:00. Sejauh ini kami tarawih di rumah saja, karena masih hari kerja. Sekitar 20-30 menit selesailah salat tarawih dan witir. Dan kami bisa beristirahat sejenak.

Memasang alarm (yang saya set di 3 waktu berdekatan, agar mereka bisa saling bersahutan membangunkan saya) adalah suatu keharusan.

Sahur kami mulai sekitar jam 02:30. Makan juga seadanya dengan porsi yang minimalis. Lagi-lagi kami perlu ruang yang cukup untuk minum air supaya tidak dehidrasi nantinya.

Sahur berakhir menjelang waktu subuh, jam 03:37.

Setelah salat subuh berjamaah, kami kembali ke peraduan. Harus istirahat lagi, meski sebentar. Karena suami harus berangkat kerja, dan Fatih akan sekolah.

Menjelang jam 06:30 saya bangun dan membangunkan suami, kemudian Fatih. Mereka bersiap ke tempat kerja dan sekolah. Saya berkutat dengan urusan di rumah.

Hari baru dimulai lagi. Kami isi dengan kegiatan beragam sesuai peran masing-masing. Mulai pagi, siang, hingga sore hari.

Sampai kami berjumpa lagi dengan waktu maghrib, dan siap untuk memborong malam sekali lagi.

Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
??ْ?َ?ْ?ُ ?ِ?َّ?ِ ?َ?ِّ ??ْ?َٰ?َ?ِ??

Artikel Terkait

0 komentar

Posting Komentar

Cancel Reply
Share It