Fenomena murtad atau keluar dari Agama Islam, mulai terjadi pada para pengungsi asal Timur Tengah yang mencari suaka di Eropa. Hal semacam ini menjalar dari para pengungsi di Austria dan Jerman yang notabene, memiliki kebijakan pintu terbuka terhadap gelombang pengungsi.
Caci maki dari para pengungsi lainnya yang bertahan sebagai muslim, tentu dialami para pengungsi yang memilih beralih ke Agama Kristen. “Saya ditampar, dicaci bahwa saya mengkhianati Islam. Tapi lewat pengalaman yang sudah saya pelajari, saya bisa memaafkan mereka,” ungkap seorang pengungsi yang tak disebutkan namanya.
Fakta lain berbicara, di mana dari 300 pengajuan pembaptisan di Austria dalam tiga bulan pertama pada tahun ini, 70 persen di antaranya merupakan para pengungsi.
Di Gereja Trinitas Berlin, Jerman, disebutkan hampir 700 pengungsi Timur Tengah sudah murtad dan kini memeluk Kristen.
Laporan lainnya yang dipublikasikan Majalah Stern, mencatatkan bahwa lebih dari 80 pengungsi muslim asal Iran dan Afghanistan, kini sudah jadi umat Kristiani, sejak dibaptis akhir pekan lalu di Hamburg.
“Sejak menjadi seorang Kristen, saya tidak takut siapapun. Sepanjang hidup, saya mencari kedamaian dan kebahagiaan. Tapi dalam Islam saya tidak menemukannya. Menjadi seorang Kristen justru bermakna kebahagiaan,” tutur Shima, seorang pengungsi asal Iran.
“Dalam Islam, kami selalu hidup dalam ketakutan. Takut pada Tuhan, pada dosa, pada hukuman. Di sisi lain, Kristus merupakan Tuhan yang penuh kasih,” timpal Solmaz, pengungsi wanita Iran lainnya kepadaStern, dikutip RT
??ْ?َ?ْ?ُ ?ِ?َّ?ِ ?َ?ِّ
??ْ?َٰ?َ?ِ??
0 komentar
Posting Komentar